Bab 8: Penutup

Penulis mengutip firman Tuhan dalam Hosea 4:6 dari versi New King James yang mengatakan:

”My people are destroyed for lack of knowledge. Because you have rejected knowledge, I also will reject you from being priest  for Me;… ” (UmatKu dihancurkan karena kurangnya pengetahuan. Karena engkau telah menolak pengetahuan, Aku juga akan menolak engkau menjadi imamKu;… ).

Dan satu ayat lain dari Perjanjian Baru, yaitu:

Matius 10:16, ” Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba di tengah-tengah serigala sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.”

Mari kita perhatikan ayat-ayat tersebut. Tuhan me ngutus gerejaNya (umatNya) seperti domba di tengah-tengah serigala, bukan seperti serigala di tengah-tengah domba! Tapi lihat, Tuhan tidak mau umatNya mati konyol dibantai serigala-serigala.

Oleh karenanya, ayat tersebut masih dilanjutkan dengan kata-kata, hendaklah kamu cerdik seperti ular.

Kenapa ular?

Kejadian 3:1,”Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh Tuhan Allah…”

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, cerdik berarti punya akal, pintar, waspada,  bijak. Bukankah ini maksudnya berpengetahuan? Sedangkan tulus berarti ikhlas, jujur, berterus terang, tidak berbahaya. Bukankah ini maksudnya pembawa damai? Orang yang hanya cerdik saja  tanpa tulus cenderung menipu orang lain. Dan sebaliknya, orang yang tulus saja tanpa cerdik, cenderung ditipu orang.

Makanya Tuhan menghendaki umatNya, tidak memilih satu dari dua tetapi memiliki kedua-duanya! Tentu formula ini dapat juga kita terapkan dalam hal memilih seorang pemimpin baik itu di lingkungan gereja, di sinode, di organisasi, bahkan memilih pemimpin negara. Umat Tuhan jangan mudah terkecoh dari penampilan luar saja. Atau  dari tutur kata yang manis-manis saja. Itu bisa dipoles sana-sini alias kosmetik saja. Ya, istilah sekarang,  tebar pesona, gitu loh..! 🙂

Jadi, sudah waktunyalah gereja/umat Tuhan belajar untuk melihat bagaimana Tuhan melihat..

1 Samuel 16: 7, “…manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.”

Saudaraku, sejarah bukanlah takhayul. Bukan pula  do ngeng nenek-nenek tua yang harus dijauhi. Sejarah adalah bagian dari pengetahuan. Sejarah merupakan ilmu yang menjadi pangkal bagi upaya untuk memahami seluruh kehidupan manusia beserta peradabannya. Oleh karena itu belajar dari sejarah akan membawa manusia kepada kearifan dan kebijaksanaan.

Ijinkan penulis mengutip pendapat Bambang Noorsena SH, MA dalam bukunya Meluruskan Kesalahpahaman  Seputar Keluarga Kudus (Nopember 2008) :

“Perlu ditekankan pula, dunia sekarang ini memang   sedang memasuki era globalisasi dan informasi. Kini, tidak mungkin lagi gereja membangun tembok dan menyensor informasi yang masuk. Sudah waktunya gereja harus mendukung putra-putra terbaiknya untuk ikut dalam ‘pertarungan wacana’  sebab bukan jamannya lagi jemaat dijejali dengan kotbah-kotbah normatif   an-sich. Sebaliknya,   urgensi pengajaran-pengajaran yang sehat  yang tak kalah penting dari itu, tidak bisa dihindari.”

Akhirul kata, pepatah lama mengatakan orang yang tidak tahu sejarah ibarat seseorang yang merangkak berkeliling di tempat gelap,  tetapi merasa dirinya berjalan di tempat terang.

Jadi, ketahuilah sejarahmu. Know your  history.

Ev. Markus HLS

 

Baruch haba beshem Adonai.* 

 

 

 

 

 

* diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan