B. Kata Pengantar

Oleh : Bambang Noorsena

Judul buku “The History of Allah” ini memang diilhami oleh buku “The History of God” nya Karen Amstrong yang terkenal itu. Namun demikian isi buku ini tidak ada kaitan langsung dengan karya Amstrong tersebut, bahkan mengutipnya pun tidak.

Buku ini berasal dari beberapa artikel yang pernah saya sajikan di beberapa forum sejak tahun 1998 hingga tahun 2005. Sebagian artikel yang terkumpul dalam buku ini berasal dari tanggapan atas kontroversi pemakaian kata ALLAH yang dimunculkan oleh segelintir ‘orang-orang Kristen fanatik’ di Indonesia.

Karena perdebatan mengenai tema tersebut secara otomatis sering menyinggung-nyinggung LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) tentu saja cukup klop kakau Bab 2 buku ini saya ambilkan dari makalah yang pernah saya sajikan pada forum ilmiah yang diadakan oleh satu-satunya lembaga penerjemah Alkitab yang otoritatif di Indonesia itu, dalam rangka ‘Arie de Kuiper Memorial Lucture’ di Jakarta tanggal 8 Mei 2001.

Munculnya tema yang cukup sensitif ini sudah barang tentu pula akan memicu tanggapan dari pihak Muslim. Dan terus terang ini yang sangat saya kwatirkan, akan mengganggu hubungan kedua umat beragama itu di Indonesia. Karena itu saya masukkan Bab 7 yang mengangakat persaudaraan sejati sesama umat Tuhan itu dari perspektif perenial. Artikel ini berasal dari acara ‘Forum Dialog Teologis’ yang diadakan Yayasan Wakaf Paramadina di Jakarta, tanggal 21 Agustus 1998. Dan setelah mengalami revisi di sana-sini saya sajikan kembali dalam ‘Dialog Kristen-Islam’ yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IAIN Antasari yang bekerja sama dengan BPC GMKI Banjarmasin, di kampus IAIN Antasari tanggal 16 Februari 2003.

Selanjutnya untuk memperdalam kajian mengenai perkembangan nama-nama ilahi, selain Bab 6 mengenai Allah, al-Rahman dan Rabb, juga dalam Bab 10, 11 dan 12 saya tambahkan untuk lebih memperdalam tema ini. Bab-bab terakhir ini juga berasal dari re-writing beberapa artikel yang pernah dimuat oleh http://www.iscs.or.id, hasil dari refleksi saya atas perkembangan baru gerakan anti Allah. Gerakan ini sepak terjangnya semakin ngawur dan cenderung memaksakan kehendak, terbukti dari munculnya gugatan Forum Mubaligh se Indonesia terhadap LAI, yang akhirnya toh hilang sendirinya karena ‘rekayasa kurang cerdas’ itu tidak pernah digubris orang.

Rampungnya edisi revisi buku ini, khususnya penulisan ulang seluruh artikel dan bab-bab baru yang memperdalam artikel sebelumnya, tidak bisa dilepaskan dari hutang budi saya yang besar kepada Institut Dominicain d’Etudes Orientalis, Kairo, karena melaluinya referensi saya lebih diperlengkapi lagi. Untuk itu terimakasih saya yang tidak terhingga khususnya saya haturkan kepada dosen saya Abuna Dr.Merigoux yang dengan banyak sekali memperdalam pengetahuan saya mengenai berbagai dialek bahasa Aram yang hingga saat ini masih menyebar di Syria, Irak dan Turki. Dan hubungannya dengan pertumbuhan aksara dan bahasa Arab pada masa pra Islam. Dari beliau juga saya sangat terbantu untuk mengakses syair-syair pra Islam dan sumber-sumber literatur Kristen Arab yang jarang tersentuh.

Sebagian besar artikel dalam buku ini sudah saya tulis di Indonesia tetapi dapat dikatakan artikel-artikel dalam edisi revisi ini merupakan penulisan ulang di ‘negeri piramid’ ini. Karena itu check and recheck pustaka acuan, acap kali berubah seperti penerbit, tahun terbit dan halaman-halamannya. Begitu pula referensi yang dahulu saya baca dalam bahasa Inggris dan Indonesia misalnya, dalam buku ini berubah menjadi bahasa Arab. Hal itu karena ketika merevisi artikel dalam buku ini semua referensi yang saya baca ketika saya pertama menulis artikel-artikel itu semua ada di perpustakaan pribadi saya di tanah air.

Akhirnya semua artikel dalam buku ini saling mengacu dan melengkapi khususnya apabila dikaitkan dengan pembahasan mengenai asal-usul nama Allah baik tinjauan secara teologis, etimologis maupun historis. Dari segi filologi terutama padanan sebutan Allah dalam bahasa-bahasa semitik yang serumpun yaitu Ibrani dan Aram/Suryani (syriac) sangat membantu kita untuk membedah asal usul istilah itu. Pembuktian historis lengkap dengan inskripsi-inskripsi Arab Kristen, sejarah penerjemahan Alkitab dalam bahasa Arab, bukti-bukti syair-syair Arab dari zaman pra Islam ini, kiranya dapat menjawab tuntas kontroversi sekitar pemaknaan istilah Allah yang dimunculkan oleh sekelompok orang Kristen yang lagi terjangkit demam ‘islamphobia’ pada tahun-tahun terkahir ini.

Harus saya tegaskan pula bahwa tidak semua artikel dalam buku ini bermaksud menanggapi ide-ide para ‘penyembah empat huruf’ itu. Saya sendiri tidak tertarik dengan gaya polemik mereka yang acap hanya menyilaukan pandangan mata objektif kita.

Imannuel, Allahu ma’ana.

Bambang Noorsena

Madina el Tahrir, Imbaba, Cairo. 1 Juni 2005.

 

 

 

 

Leave a comment